Sunday, 13 March 2016

Kisah Nabi Adam AS



Allah SWT berkehendak untuk menciptakan Nabi Adam. Allah SWT berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. " (QS. al-Baqarah: 30)

Terdapat perbedaan pendapat berkenaan dengan makna khilafah (perihal menjadi khalifah) Nabi Adam. Ada yang mengatakan, bahwa ia sebagai khalifah dari kelompok manusia yang pertama-tama datang ke bumi di mana kelompok ini membuat kerusakan dan menumpahkan darah di dalamnya. Ada yang mengatakan, bahwa ia adalah khalifatullah, dengan pengertian bahwa ia sebagai khalifah (utusan Allah) dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan hukum-hukum-Nya, karena ia adalah utusan Allah yang pertama. Demikianlah yang kami yakini.

Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah saw tentang Nabi Adam: "Apakah ia sebagai nabi yang diutus?" Beliau menjawab: "Benar." Beliau ditanya: "Ia menjadi rasul bagi siapa? Sementara di bumi tidak ada seorang pun?" Beliau menjawab: "Ia menjadi rasul bagi anak-anaknya."

Tabir penciptaan disingkap di tengah-tengah para malaikat-Nya. Allah SWT berfirman:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesung­guhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.' Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menum­pahkan darah, padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau ?' Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'" (QS. al-Baqarah: 30)

Berkenaan dengan ayat tersebut, para mufasir memberikan komentar yang beragam. Dalam tafsir al-Manar disebutkan: "Sesungguhnya ayat-ayat ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat ditafsirkan zahirnya. Sebab, dilihat dari ketentuan dialog (at-Takhathub) ia mengandung konsultasi dari Allah SWT. Tentu yang demikian itu mustahil bagi-Nya. Di samping itu, ia juga mengan­dung pemberitahuan dari-Nya kepada para malaikat yang kemudian diikuti dengan penentangan dan perdebatan dari mereka. Hal seperti ini tidak layak bagi Allah SWT dan bagi para malaikat-Nya. Saya lebih setuju untuk mengalihkan makna cerita tersebut pada sesuatu yang lain."

Sedangkan dalam tafsir al-Jami' li Ahkamil Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada para malaikat-Nya, bahwa jika Dia menjadikan ciptaan di muka bumi maka mereka akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah." Ketika Allah berfirman:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, " (QS. al-Baqarah: 30)

Mereka bertanya: "Apakah ini adalah khalifah yang Engkau ceritakan kepada kami bahwa mereka akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah, ataukah khalifah selainnya?" Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya para malaikat melalui fitrah mereka yang suci yang tidak membayangkan kecuali kebaikan dan kesucian, mereka mengira bahwa tasbih dan mengultuskan Allah adalah puncak dari segala wujud. Puncak ini terwujud dengan adanya mereka, sedangkan pertanyaan mereka hanya menggambarkan keheranan mereka, bukan berasal dari penentangan atau apa pun juga."

Kita melihat bagaimana para mufasir berijtihad untuk menyingkap hakikat, lalu Allah SWT menyingkapkan kedalaman dari Al-Qur'an pada masing-masing dari mereka. Kedalaman Al-Qur'an sangat mengagumkan. Kisah tersebut disampaikan dalam gaya dialogis, suatu gaya yang memiliki pengaruh yang kuat. Tidakkah Anda melihat bahwa Allah SWT berfirman:

"Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati.'" (QS. Fushshilat: 11)

Apakah seseorang membayangkan bahwa Allah SWT berbicara dengan langit dan bumi, dan bumi dan langit pun menjawabnya sehingga terjadi dialog ini di antara mereka? Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan langit dan bumi sehingga keduanya taat. Allah SWT menggambarkan apa yang terjadi dengan gaya dialogis hanya untuk meneguhkan dalam pikiran dan menegaskan maknanya serta penjelasannya. Penggunaan gaya dramatis dalam kisah Nabi Adam mengisyaratkan makna yang dalam.

Kita membayangkan bahwa Allah SWT ketika menetapkan penciptaan Nabi Adam, Dia memberitahukan kepada malaikat-Nya dengan tujuan agar mereka bersujud kepadanya, bukan dengan tujuan mengambil pendapat mereka atau bermusyawarah dengan mereka. Maha Suci Allah SWT dari hal yang demikian itu. Allah SWT memberitahukan mereka bahwa Dia akan menjadikan seorang hamba di muka bumi, dan bahwa khalifah ini akan mempunyai keturunan dan cucu-cucu, di mana mereka akan membuat kerusakkan di muka bumi dan menumpahkan darah di dalamnya. Lalu para malaikat yang suci mengalami kebingungan. Bukankah mereka selalu bertasbih kepada Allah dan mensucikan-Nya, namun mengapa khalifah yang terpilih itu bukan termasuk dari mereka? Apa rahasia hal tersebut, dan apa hikmah Allah dalam masalah ini? Kebingungan melaikat dan keinginan mereka untuk mendapatkan kemuliaan sebagai khalifah di muka bumi, dan keheranan mereka tentang penghormatan Adam dengannya, dan masih banyak segudang pertanyaan yang tersimpan dalam diri mereka. Namun Allah SWT segera menepis keraguan mereka dan kebingungan mereka, dan membawa mereka menjadi yakin dan berserah diri. Firman-Nya:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui." (QS. al-Baqarah: 30)

Ayat tersebut menunjukan keluasan ilmu Allah SWT dan keterbatasan ilmu para malaikat, yang karenanya mereka dapat berserah diri dan meyakini kebenaran kehendak Allah. Kita tidak memba­yangkan terjadinya dialog antara Allah SWT dan para malaikat sebagai bentuk pengultusan terhadap Allah dan penghormatan terhadap para malaikat-Nya. Dan kita meyakini bahwa dialog terjadi dalam diri malaikat sendiri berkenaan dengan keinginan mereka untuk mengemban khilafah di muka bumi, kemudian Allah SWT memberitahu mereka bahwa tabiat mereka bukan disiapkan untuk hal tersebut.

Sesungguhnya tasbih pada Allah SWT dan menyucikan-Nya adalah hal yang sangat mulia di alam wujud, namun khilafah di muka bumi bukan hanya dilakukan dengan hal itu. Ia membutuhkan karakter yang lain, suatu karakter yang haus akan pengetahuan dan lumrah baginya kesalahan. Kebingungan atau keheranan ini, dia­log yang terjadi dalam jiwa para malaikat setelah diberitahu tentang penciptaan Nabi Adam, semua ini layak bagi para malaikat dan tidak mengurangi kedudukan mereka sedikit pun. Sebab, meskipun kedekatan mereka dengan Allah SWT dan penyembahan mereka terhadap-Nya serta penghormatan-Nya kepada mereka, semua itu tidak menghilangkan kedudukan mereka sebagai hamba Allah SWT di mana mereka tidak mengetahui ilmu Allah SWT dan hikmah-Nya yang tersembunyi, serta alam gaibnya yang samar. Mereka tidak mengetahui hikmah-Nya yang tinggi dan sebab-sebab perwujudannya pada sesuatu.

Setelah beberapa saat para malaikat akan memahami bahwa Nabi Adam adalah ciptaan baru, di mana dia berbeda dengan mereka yang hanya bertasbih dan menyucikan Allah, dan dia pun berbeda dengan hewan-hewan bumi dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya yang hanya menumpahkan darah dan membuat kerusakkan. Sesungguhnya Nabi Adam akan menjadi ciptaan baru dan keberadaannya disertai dengan hikmah yang tinggi yang tidak ada seorang pun mengetahuinya kecuali Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

"Dan Aku tidak menciptkan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku." (QS. adz-Dzariyat: 56)

Ibnu Abbas membaca ayat tersebut: "Liya'rifuun" (agar mereka mengenal Aku). Pengetahuan merupakan tujuan dari penciptaan manusia. Dan barangkali pendekatan yang terbaik berkenaan dengan tafsir ayat tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Syekh Muhammad Abduh: "Dialog yang terdapat dalam ayat tersebut adalah urusan Allah SWT dengan para malaikat-Nya di mana Dia menggambarkan kepada kita dalam kisah ini dengan ucapan, pertanyaan, dan jawaban. Kita tidak mengetahui hakikat hal tersebut. Tetapi kita mengetahui bahwa dialog tersebut tidak terjadi sebagaimana lazimnya yang dilakukan oleh sesama kita, manusia."

Para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus dipahami bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.' Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; hendaklah kamu bersyukur dengan bersujud kepada­nya. ' Lalu seluruh malikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis. Dia menyombongkan diri dan dia termasuk orang-orang yang kafir. " (QS. Shad: 71-74)

Allah SWT mengumpulkan segenggam tanah dari bumi; di dalamnya terdapat yang berwarna putih, hitam, kuning, coklat dan merah. Oleh karena itu, manusia memiliki beragam warna kulit. Allah SWT mencampur tanah dengan air sehingga menjadi tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dari tanah inilah Allah menciptakan Nabi Adam. Allah SWT menyempurnakannya dengan kekuasaan-Nya lalu meniupkan roh-Nya di dalamnya, kemudian bergeraklah tubuh Nabi Adam dan tanda kehidupan mulai ada di dalamnya.

Selanjutnya, Nabi Adam membuka kedua matanya dan ia melihat para malaikat semuanya bersujud kepadanya, kecuali satu makhluk yang berdiri di sana. Nabi Adam tidak tahu siapakah makhluk yang tidak mau bersujud itu. Ia tidak mengenal namanya. Iblis berdiri bersama para malaikat tetapi ia bukan berasal dari golongan mereka. Iblis berasal dari kelompok jin. Allah SWT menceritakan kisah penolakan Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam pada beberapa surah. Allah SWT berfirman:

"Allah berfirman: 'Hai Mis, apa yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi? 'Iblis berkata: 'Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.' Allah berfirman: 'Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.' Mis berkata: 'Ya Tuhanku, ben tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat).' Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.'" (QS. Shad: 75-83)

Nabi Adam mengikuti peristiwa yang terjadi di depannya. Ia merasakan suasana cinta, rasa takut, dan kebingungan. Nabi Adam sangat cinta kepada Allah SWT yang telah menciptakannya dan memuliakannya dengan memerintahkan para malaikat-Nya untuk sujud kepadanya. Adam juga merasa takut saat melihat Allah SWT marah terhadap iblis dan mengusirnya dari pintu rahmat-Nya. Ia merasakan kebingungan ketika melihat makhluk ini yang membencinya, padahal ia belum mengenalnya. Makhluk itu membayangkan bahwa ia lebih baik dari Nabi Adam, padahal tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa salah satu dari mereka lebih baik dibandingkan dengan yang lain.

Kemudian alangkah anehnya alasan iblis. Ia membayangkan bahwa api lebih baik dari tanah. Dari mana ia mendapatkan ilmu ini? Seharusnya ilmu ini berasal dari Allah SWT karena Dialah yang menciptakan api dan tanah dan mengetahui mana di antara keduanya yang paling utama.

Dari dialog tersebut, Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah makhluk yang memakai atribut keburukan dan sifat yang tercela. Ia meminta kepada Allah SWT agar mengekalkannya sampai hari kebangkitan. Iblis tidak ingin mad. Namun Allah SWT mengetahui bahwa ia akan tetap hidup sampai hari yang diten­tukan. Ia akan hidup sampai menjemput ajalnya dan kemudian mati. Nabi Adam mengetahui bahwa Allah SWT telah melaknat iblis dan telah mengusirnya dari rahmat-Nya. Akhirnya, Nabi Adam mengetahui musuh abadinya. Nabi Adam bingung dengan kenekatan musuhnya dan kasih sayang Allah SWT.

Barangkali ada seseorang yang bertanya kepada saya: "Mengapa Anda tidak meyakini terjadi dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya dan Anda cenderung menakwilkan ayat-ayat tersebut, sedangkan Anda menerima adanya dialog antara Allah dan iblis." Saya jawab: "Sesungguhnya akal menunjukkan kita kepada kesimpulan tersebut. Terjadinya dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya adalah hal yang mustahil karena para malaikat suci dari kesalahan dan dosa dan keinginan-keinginan manusiawi yang selalu mencari ilmu. Sesuai dengan karakter penciptaan mereka, mereka adalah pasukan yang setia dan mulia. Adapun iblis ia terikat dan tunduk terhadap ketentuan agama, dan karakternya sebagai jin mendekati karakter jenis ciptaan Nabi Adam. Dengan kata lain, bahwa jin dapat beriman dan dapat juga menjadi kafir. Sesungguhnya kecenderungan agama mereka dapat saja tidak berfungsi ketika mereka tertipu oleh kesombongan yang palsu sehingga mereka mempunyai gambaran yang salah. Maka dari sisi inilah terjadi dialog. Dialog di sini berarti kebebasan. Tabiat manusia dan jin cenderung untuk menggunakan kebebasannya, sedangkan tabiat para malaikat tidak dapat menggunakan kebebasan. Nabi Adam menyaksikan secara langsung—setelah penciptaannya— kadar kebebasan yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya yang terkena tanggung jawab. Terjadinya pelajaran ini di depan Nabi Adam mengandung maksud yang dalam.

Allah SWT tidak pernah mencabut kebebasan yang diberikan-Nya kepada iblis. Namun pada akhirnya, iblis tetap sebagai hamba yang kafir. Iblis benar-benar menolak untuk sujud kepada Nabi Adam. Allah SWT mengetahui bahwa ia akan menolak untuk sujud kepada Nabi Adam dan akan menentang-Nya. Bisa saja Allah SWT menghancurkannya atau mengubahnya menjadi tanah namun Allah memberikan kebebasan kepada makhluk-makhluk-Nya yang dibebani tanggung jawab. Dia memberikan kepada mereka kebebasan mutlak sehingga mereka bisa saja menolak perintah-Nya. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa keingkaran orang-orang kafir dan orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya tidak berarti meng-urangi kebesaran kerajaan-Nya dan sebaliknya, keimanan orang-orang mukmin dan kepatuhan orang-orang yang taat tidak berarti menambah kebesaran kekuasaan-Nya. Semua itu kembali kepada mereka.

Adam menyadari bahwa kebebasan di alam wujud adalah merupakan karunia yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya. Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas penggunaan kebebasan itu. Setelah mempelajari pelajaran kebebasan, Nabi Adam mempelajari pelajaran kedua dari Allah SWT, yaitu ilmu. Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah simbol kejahatan di alam wujud. Sebagaimana ia mengetahui bahwa para malaikat adalah simbol kebaikan, sementara ia belum mengenal dirinya saat itu. Kemudian Allah SWT memberitahukan kepadanya tentang hakikatnya, hikrnah penciptaannya, dan rahasia penghormatannya. Allah SWT berfirman:

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. " (QS. al-Baqarah: 31)

Allah SWT memberinya rahasia kemampuan untuk meringkas sesuatu dalam simbol-simbol dan nama-nama. Allah SWT mengajarinya untuk menamakan benda-benda: ini burung, ini bintang, ini pohon, ini awan, dan seterusnya. Nabi Adam mempelajari semua nama-nama tersebut. Yang dimaksud dengan nama-nama di sini adalah ilmu dan pengetahuan. Allah SWT menanamkan pengetahuan yang luas dalam jiwa Nabi Adam dan keinginan yang terus mendorongnya untuk mengetahui sesuatu. Hasrat untuk menggali ilmu dan belajar juga diwariskan kepada anak-anaknya Nabi Adam. Inilah tujuan dari penciptaan Nabi Adam dan inilah rahasia di balik penghormatan para malaikat kepadanya. Setelah Nabi Adam mempelajari nama benda-benda; kekhususannya dan kemanfaatannya, Allah SWT menunjukkan benda-benda tersebut atas para malaikat-Nya dan berkata:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itujika kamu memang orang-orangyang benar. " (QS. al-Baqarah: 31)

Yang dimaksud adalah kebenaran mereka untuk menginginkan khilafah. Para malaikat memperhatikan sesuatu yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepada mereka, namun mereka tidak mengenali nama-namanya. Mereka mengakui di hadapan Allah SWT tentang kelemahan mereka untuk menamai benda-benda tersebut atau memakai simbol-simbol untuk mengungkapkannya. Para malaikat berkata sebagai bentuk pengakuan terhadap ketidakmampuan mereka:

"Maha Suci Engkau." (QS. al-Baqarah: 32)

Yakni, kami menyucikan-Mu dan mengagungkan-Mu.

"Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menge­tahui lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah: 32)

Yakni, mereka mengembalikan semua ilmu kepada Allah SWT. Allah SWT berkata kepada Adam:

"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." (QS. al-Baqarah: 33)

Kemudian Nabi Adam memberitahu mereka setiap benda yang Allah SWT tunjukkan kepada mereka dan mereka tidak mengenali nama-namanya:

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat itu lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.' Mereka menjawab: 'Maha Suci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: 'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.' Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama benda-benda itu, Allah berfirman: 'Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?'"(QS. al-Baqarah: 31-33)

Allah SWT ingin berkata kepada para malaikat, bahwa Dia mengetahui keheranan yang mereka tunjukkan, ketika Dia mem­beritahu mereka tentang penciptaan Nabi Adam sebagaimana Dia mengetahui kebingungan yang mereka sembunyikan dan sebagai­mana juga Dia mengetahui kemaksiatan dan pengingkaran yang disembunyikan oleh iblis.

Para malaikat menyadari bahwa Nabi Adam adalah makhluk yang mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui. Ini adalah hal yang sangat mulia. Dan para malaikat mengetahui, mengapa Allah memerintahkan mereka untuk bersujud kepadanya sebagaimana mereka memahami rahasia penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi, di mana ia akan menguasainya dan memimpin di dalamnya dengan ilmu dan pengetahuan. Yaitu, pengetahuan terhadap Sang Pencipta yang kemudian dinamakan dengan Islam atau iman. Para malaikat pun mengetahui sebab-sebab kemakmuran bumi dan pengubahannya dan penguasaanya, serta semua hal yang berkenaan dengan ilmu-ilmu mated di muka bumi.

Adalah hal yang maklum bahwa kesempurnaan manusia tidak akan terwujud kecuali dengan pencapaian ilmu yang dengannya manusia dapat mengenal Sang Pencipta, dan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan alam. Jika manusia berhasil di satu sisi, namun gagal di sisi yang lain maka ia laksana burung yang terbang dengan sayap satu di mana setiap kali ia terbang sayap yang lain mencegahnya.

Nabi Adam mengetahui semua nama-nama dan terkadang ia berbicara bersama para malaikat, namun para malaikat disibukkan dengan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Adam merasa kesepian. Kemudian Adam tidur dan tatkala ia bangun ia mendapati seorang perempuan yang memiliki mata yang indah, dan tampak penuh dengan kasih sayang. Kemudian terjadilah dialog di antara mereka:

Adam berkata: "Mengapa kamu berada di sini sebelum saya tidur." Perempuan itu menjawab: "Ya." Adam berkata: "Kalau begitu, kamu datang di tengah-tengah tidurku?" Ia menjawab: 'Ya." Adam bertanya: "Dari mana kamu datang?" Ia menjawab: "Aku datang dari dirimu. Allah SWT menciptakan aku darimu saat kamu tidur." Adam bertanya: "Mengapa Allah menciptakan kamu?" Ia menjawab: "Agar engkau merasa tenteram denganku." Adam ber­kata: "Segala puji bagi Allah. Aku memang merasakan kesepian."

Para malaikat bertanya kepada Adam tentang namanya. Nabi Adam menjawab: "Namanya Hawa." Mereka bertanya: "Mengapa engkau menamakannya Hawa, wahai Adam?" Adam berkata: "Karena ia diciptakan dariku saat aku dalam keadaan hidup."

Nabi Adam adalah makhluk yang suka kepada pengetahuan. Ia membagi pengetahuannya kepada Hawa, di mana ia menceritakan apa yang diketahuinya kepada pasangannya itu, sehingga Hawa mencintainya. Allah SWT berfirman:

"Dan Kami berfirman: 'Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu di surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS. al-Baqarah: 35)

Kita tidak mengetahui tempat surga ini. Al-Qur'an tidak membicarakan tempatnya, dan para mufasir berbeda pendapat tentang hal itu. Sebagian mereka berkata: "Itu adalah surga yang bakal dihuni oleh manusia (jannah al-Ma'wa) dan tempatnya di langit." Namun sebagian lagi menolak pendapat tersebut. Sebab jika ia adalah jannah al-Ma'wa maka iblis tidak dapat memasukinya dan tidak akan terjadi kemaksiatan di dalamnya. Sebagian lagi mengatakan: "Ia adalah surga yang lain, yang Allah ciptakan untuk Nabi Adam dan Hawa." Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa ia adalah surga (taman) dari taman-taman bumi yang terletak di tem­pat yang tinggi. Dan sekelompok mufasir yang lain menganjurkan agar kita menerima ayat tersebut apa adanya dan menghentikan usaha untuk mencari hakikatnya. Kami sendiri sependapat dengan hal ini. Sesungguhnya pelajaran yang dapat kita ambil berkenaan dengan penentuan tempatnya tidak sedikit pun menyamai pelajaran yang dapat kita ambil dari apa yang terjadi di dalamnya.

Nabi Adam dam Hawa memasuki surga dan di sana mereka berdua merasakan kenikmatan manusiawi semuanya. Di sana mereka juga mengalami pengalaman-pengalaman yang berharga. Kehidupan Nabi Adam dan Hawa di surga dipenuhi dengan kebebasan yang tak terbatas. Dan Nabi Adam mengetahui makna kebahagiaan yang ia rasakan pada saat ia berada di surga bersama Hawa. Ia tidak lagi mengalami kesepian. Ia banyak menjalin komunikasi dengan Hawa. Mereka menikmati nyanyian makhluk, tasbih sungai-sungai, dan musik alam sebelum ia mengenal bahwa alam akan disertai dengan penderitaan dan kesedihan. Allah SWT telah mengizinkan bagi mereka untuk mendekati segala sesuatu dan menik­mati segala sesuatu selain satu pohon, yang barangkali ia adalah pohon penderitaan atau pohon pengetahuan. Allah SWT berkata kepada mereka sebelum memasuki surga:

"Dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS. al-Baqarah: 35)

Nabi Adam dan Hawa mengerti bahwa mereka dilarang untuk memakan sesuatu dari pohon ini, namun Nabi Adam adalah manusia biasa, dan sebagai manusia ia lupa dan hatinya berbolak-balik serta tekadnya melemah. Maka iblis memanfaatkan kemanusiaan Nabi Adam dan mengumpulkan segala kedengkiannya yang disembunyikan dalam dadanya. Iblis terus berusaha membangkitkan waswas dalam diri Nabi Adam. Apakah aku akan menunjukkan kepadamu pohon keabadian dan kekuasaan yang tidak akan sirna? Nabi Adam bertanya-tanya dalam dirinya. Apa yang akan terjadi seandainya ia memakan buah tersebut, barangkali itu benar-benar pohon keabadian. Nabi Adam memang memimpikan untuk kekal dalam kenikmatan dan kebebasan yang dirasakannya dalam surga.

Berlalulah waktu di mana Nabi Adam dan Hawa sibuk memikirkan pohon itu. Kemudian pada suatu hari mereka menetapkan untuk memakan pohon itu. Mereka lupa bahwa Alllah SWT telah mengingatkan mereka agar tidak mendekatinya. Mereka lupa bahwa iblis adalah musuh mereka sejak dahulu. Nabi Adam mengulurkan tangannya ke pohon itu dan memetik salah satu buahnya dan kemudian memberikannya kepada Hawa. Akhirnya mereka berdua memakan buah terlarang itu.

Allah SWT berfirman:

"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)

Tidak benar apa yang disebutkan oleh kitab-kitab kaum Yahudi bahwa Hawa menggoda Nabi Adam yang karenanya ia bertanggung jawab terhadap pemakanan buah itu. Nas Al-Qur'an tidak menyebut Hawa, namun ia menyebut Nabi Adam sebagai orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Demikianlah setan disalahkan dan Nabi Adam juga disalahkan karena kesombongan. Salah seorang dari mereka menghina manusia, dan yang lain ingin menjadi tandingan bagi Allah SWT dalam hal kekekalan.

Belum selesai Nabi Adam memakan buah tersebut sehingga ia merasakan penderitaan, kesedihan, dan rasa malu. Berubahlah keadaan di sekitamya dan berhentilah musik indah yang memancar dari dalam dirinya. Ia mengetahui bahwa ia tak berbusana, demikian juga istrinya. Akhirnya, ia mengetahui bahwa ia seorang lelaki dan bahwa istrinya seorang wanita. Ia dan istrinya mulai memetik daun-daun pohon untuk menutup tubuh mereka yang terbuka. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah agar mereka turun dari surga.

Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi. Mereka keluar dari surga. Nabi Adam dalam keadaan sedih sementara Hawa tidak henti-hentinya menangis. Karena ketulusan taubat mereka, akhirnya Allah SWT menerima taubat mereka dan Allah SWT memberitahukan kepada mereka bahwa bumi adalah tempat mereka yang asli, di mana mereka akan hidup di dalamnya, mati di atasnya, dan akan dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan. Allah SWT berfirman:

"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. " (QS. al-A'raf: 25)

Kemudian Allah SWT menceritakan kisah tentang pelajaran ketiga yang diperoleh Nabi Adam selama keberadaannya di surga dan setelah keluarnya ia darinya dan turunnya ia ke bumi.

Allah SWT berfirman:

"Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: 'Sujudlah kamu kepada Adam,' maka mereka sujud kecuali Mis. la membangkang. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak pula akan ditimpa panas matahari di dalamnya.' Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: 'Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ?' Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: 'Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.'" (QS. Thaha: 115-123)

Sebagian orang menganggap bahwa Nabi Adam keluar dari surga karena kesalahannya dan kemaksiatannya. Ini adalah anggapan yang tidak benar karena Allah SWT berkehendak menciptakan Nabi Adam di mana Dia berkata kepada malaikat: "Sesungguh­nya aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Dan Dia tidak mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya aku akan menjadi­kan khalifah di surga."

Tidaklah turunnya Nabi Adam ke bumi sebagai penurunan penghinaan tetapi ia merupakan penurunan kemuliaan sebagaimana dikatakan oleh kaum sufi. Allah SWT mengetahui bahwa Nabi Adam dan Hawa akan memakan buah itu, dan selanjutnya mereka akan turun ke bumi. Allah SWT juga mengetahui bahwa setan akan merampas kebebasan mereka. Pengalaman merupakan dasar penting dari proses menjadi khalifah di muka bumi agar Nabi Adam dan Hawa mengetahui—begitu juga keturunan mereka— bahwa setan telah mengusir kedua orang tua mereka dari surga, dan bahwa jalan menuju surga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT dan permusuhan pada setan.

Apakah dikatakan kepada kita bahwa manusia adalah makhluk yang terpaksa, dan bahwa Nabi Adam terpaksa atau dipaksa untuk berbuat kesalahan sehingga ia keluar dari surga dan kemudian turun ke bumi? Sebenarnya anggapan ini tidak kalah bodohnya dari anggapan pertama. Sebab, Nabi Adam merasakan kebebasan sepenuhnya, yang karenanya ia mengemban tanggung jawab dari perbuatannya. Ia durhaka dan memakan buah tersebut sehingga Allah SWT mengeluarkannya dari surga. Maksiat yang dilakukannya tidak berlawanan dengan kebebasannya, bahkan keberadaannya yang asli bersandar kepada kebebasannya. Alhasil, Allah SWT mengetahui apa yang bakal terjadi. Dia mengetahui sesuatu sebelum terjadinya sesuatu itu. Pengetahuan-Nya itu berarti cahaya yang menyingkap, bukan kekuatan yang memaksa. Dengan kata lain, Allah SWT mengetahui apa yang akan terjadi, tetapi Dia tidak men-cegahnya atau mendorongnya agar terjadi. Allah SWT memberikan kebebasan kepada hamba-hamba-Nya dan semua makhluk-Nya. Yang demikian itu berkenaan dengan hikmah-Nya yang tinggi dalam memakmurkan bumi dan mengangkat khalifah di dalamnya.

Nabi Adam memahami pelajaran ketiga. Ia memahami bahwa iblis adalah musuhnya. Secara pasti ia mengerti bahwa iblis adalah penyebab ia kehilangan nikmat dan penyebab kehancurannya. Ia mengerti bahwa Allah SWT akan menyiksa seseorang jika ia berbuat maksiat, dan bahwa jalan menuju ke surga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT. Ia memahami bahwa Allah SWT menerima taubat, memaafkan, menyayangi, dan memilih. Allah SWT mengajari mereka agar beristigfar dan mengucapkan:

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscayalah pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. al-A'raf: 23)

Allah SWT menerima taubatnya dan memaafkannya serta mengirimnya ke bumi. Nabi Adam adalah Rasul pertama bagi manusia. Mulailah kehidupan Nabi Adam di bumi. Ia keluar dari surga dan berhijrah ke bumi, dan kemudian ia menganjurkan hal tersebut (hijrah) kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya dari kalangan nabi. Sehingga setiap nabi memulai dakwahnya dan menyuruh kaumnya dengan cara keluar dari negerinya atau berhijrah. Di sana Nabi Adam keluar dari surga sebelum kenabiannya, sedangkan di sini (di bumi) para nabi biasanya keluar (hijrah) setelah pengangkatan kenabian mereka.

Nabi Adam mengetahui bahwa ia meninggalkan kedamaian ketika keluar dari surga. Di bumi ia harus menghadapi penderitaan dan pergulatan, di mana ia harus menanggung kesulitan agar dapat makan, dan ia harus melindungi dirinya dengan pakaian dan senjata, serta melindungi istrinya dan anak-anaknya dari serangan binatang buas yang hidup di bumi. Sebelum semua itu dan sesudahnya, ia harus meneruskan pertempurannya dengan pangkal kejahatan yang menyebabkannya keluar dari surga, yaitu setan. Di bumi, setan membuat waswas kepadanya dan kepada anak-anaknya sehingga mereka masuk dalam neraka Jahim. Pertempuran antara pasukan kebaikan dan pasukan kejahatan di bumi tidak akan pernah berhenti. Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk Allah SWT, ia tidak akan merasakan ketakutan dan kesedihan, dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah SWT dan mengikuti makhluk api, iblis, maka ia akan bersamanya di neraka.

Nabi Adam mengerti semua ini. Ia menyadari bahwa penderitaan akan menyertai kehidupannya di atas bumi. Satu-satunya yang dapat meringankan kesedihannya adalah, bahwa ia menjadi penguasa di bumi, yang karenanya ia harus menundukkannya, memakmurkannya, dan membangunnya serta melahirkan keturunan yang baik di dalamnya, sehingga mereka dapat mengubah kehidupan dan membuatnya lebih baik. Hawa melahirkan dalam satu perut seorang lelaki dan seorang perempuan, dan pada perut berikutnya seorang lelaki dan seorang perempuan, maka dihalalkan perkawinan antara anak lelaki dari perut pertama dengan anak perempuan dari perut kedua. Akhirnya, anak-anak Nabi Adam menjadi besar dan menikah serta memenuhi bumi dengan keturunannya.

Nabi Adam mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Nabi Adam menyaksikan kecenderungan pertama dari anaknya terhadap pangkal kejahatan, yaitu iblis sehingga terjadilah kejahatan pembunuhan yang pertama kali di muka bumi. Salah seorang anak Nabi Adam membunuh saudara kandungnya sendiri. Anak yang jahat itu membunuh saudaranya yang baik. Allah berfirman:

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterimalah dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). (QS. al-Maidah: 27)

Dikatakan bahwa pembunuh ingin merebut istri saudara kandungannya untuk dirinya sendiri. Nabi Adam memerintahkan mereka berdua untuk menghadirkan kurban lalu setiap dari mereka menghadirkan kurban yang dimaksud. Allah SWT menerima kurban dari salah satu dari mereka dan menolak kurban yang lain:

"Ia (Qabil) berkata: 'Aku pasti membunuhmu.' Berkata Habil: 'Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan sekalian alam. (QS. al-Maidah: 27-28)

Perhatikanlah bagaimana Allah SWT menyampaikan kepada kita kalimat-kalimat yang diucapkan oleh anak Nabi Adam yang terbunuh sebagai syahid, dan ia menyembunyikan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh si pembunuh. Si pembunuh mengangkat tangannya sambil mengancam, namun calon korban pembunuhan itu berkata dengan tenang:

Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa membunuhku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang lalim. " (QS. al-Maidah: 29)

Selesailah percakapan antara mereka berdua dan anak yang jahat itu membiarkan anak yang baik beberapa saat. Setelah beberapa hari, saudara yang baik itu tidur di tengah-tengah hutan yang penuh dengan pohon. Di hutan itu, keledai tua mati dan dagingnya dimakan oleh burung Nasar dan darahnya ditelan oleh bumi. Yang tersisa hanya tulang belulang berserakan di tanah. Kemudian saudaranya yang jahat membawanya menuju saudara kandungnya yang sedang tidur, lalu ia mengangkat tangannya dan menjatuhkan dengan keras dan cepat. Anak laki-laki baik itu tampak pucat wajahnya ketika melihat darah mengucur darinya, lalu ia bangun. Ia bermimpi saat tidur. Lalu si pembunuh menghantam saudaranya sehingga tidak tampak lagi gerakan dari tubuhnya. Si pembunuh puas bahwa saudara kandungnya benar-benar mati. Pembunuh itu berdiri di depan korban dengan tenang dan tampak pucat wajahnya.

Rasulullah saw bersabda: "Setiap orang yang membunuh jiwa yang tak berdosa maka anak Adam yang pertama akan juga menanggung dosanya karena ia yang pertama kali mengajarkan pembunuhan." Si pembunuh terduduk di depan saudaranya dalam keadaan berlumuran darah. Apa yang akan dikatakannya terhadap Nabi Adam, ayahnya, jika ia bertanya kepadanya tentang hal itu. Nabi Adam mengetahui bahwa mereka berdua keluar bersama-sama lalu mengapa ia kembali sendinan. Seandainya ia mengingkari pembunuhan terhadap saudaranya itu di depan ayahnya, maka di manakah ia dapat menyembunyikan jasadnya, dan di mana ia dapat membuangnya? Saudaranya yang terbunuh itu merupakan manusia yang pertama kali mad di muka bumi sehingga tidak diketahui bagaimana cara menguburkan orang yang mati. Pembunuh itu membawa jasad saudara kandungnya dan memikulnya. Tiba-tiba keheningan itu dipecah dengan suara burung yang berteriak sehingga ia merasa ketakutan. Pembunuh itu menoleh dan menemukan seekor burung gagak yang berteriak di atas bangkai burung gagak yang mati. Burung gagak yang hidup meletakkan bangkai burung gagak yang mad di atas tanah lalu ia mulai menggali tanah dengan paruhnya dan kedua kakinya. Kemudian ia mengangkatnya dengan paruhnya dan meletakkannya dengan lembut dalam kuburan. Lalu ia menimbunkannya di atas tanah. Setelah itu, ia terbang di udara dan kembali berteriak. Si pembunuh berdiri dan ia mundur untuk meraih jasad saudara kandungnya dan kemudian berteriak:

"Berkata Qabil: 'Aduhai, celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan saudaraku ini?" (QS. al-Maidah: 31)

Ia mulai merasakan kesedihan yang sangat dalam atas apa yang telah dilakukannya terhadap saudaranya. Ia segera menyadari bahwa ia adalah orang yang paling buruk dan paling lemah. Ia telah membunuh orang yang paling utama dan paling kuat. Anak Nabi Adam berkurang satu dan iblis berhasil "mencuri" seorang anak Nabi Adam. Bergetarlah tubuh si pembunuh dan ia mulai menangis dengan keras, lalu ia menggali kuburan saudara kandungnya. Ketika mendengar kisah tersebut Nabi Adam berkata:

"Ini adalah perbuatan setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata." (QS. al-Qashash: 15)

Nabi Adam merasakan kesedihan mendalam atas hilangnya salah satu anaknya. Salah seorang dari mereka mad dan yang lain dikuasai oleh setan. Nabi Adam salat untuk anaknya yang mati, dan kemudian ia kembali menjalani kehidupannya di muka bumi. Beliau adalah manusia yang bekerja dan mengalami penderitaan. Seorang Nabi yang menasihati anak-anaknya dan cucu-cucunya, serta mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Beliau menceritakan kejahatan iblis kepada mereka, dan meminta kepada mereka agar berhati-hati darinya. Beliau menceritakan pengalaman pribadinya bersama iblis kepada mereka, dan menceritakan kehidupan­nya bersama anaknya yang tega membunuh saudara kandungnya sendiri.

Nabi Adam telah menjadi dewasa, lalu tahun demi tahun datang silih berganti sehingga anak-anaknya tersebar di bumi, lalu datanglah waktu malam di atas bumi. Angin bertiup sangat kencang. Dan bergoncanglah daun-daun pohon tua yang ditanam oleh Nabi Adam, di mana dahan-dahannya mendekati danau sehingga buahnya menyentuh air danau. Dan ketika pohon itu menjadi tegak setelah berlalunya angin, air mulai berjatuhan di antara cabang-cabangnya dan tampak dari jauh bahwa pohon itu sedang menarik dirinya (memisahkan diri) dari air dan menangis. Pohon itu sedih dan dahan-dahannya berguncang. Sementara itu, di langit tampak bahwa bintang-bintang juga berguncang. Cahaya bulan menerobos kamar Nabi Adam sehingga cahaya itu menerpa wajah Nabi Adam. Wajah Nabi Adam tampak lebih pucat dan lebih muram dari wajah bulan. Bulan mengetahui bahwa Nabi Adam akan mati.

Kamar yang sederhana, kamarnya Nabi Adam. Nabi Adam tertidur dengan jenggotnya yang putih dan wajahnya yang bersinar di atas tempat ddur dari dahan-dahan pohon dan bunga-bunga. Anak-anaknya semua berdiri di sekelilingnya dan menunggu wasiatnya. Nabi Adam berbicara dan memahamkan anak-anaknya bahwa hanya ada satu perahu keselamatan bagi manusia, dan hanya ada satu senjata baginya yang dapat menenangkannya. Perahu itu adalah petunjuk Allah SWT dan senjata itu adalah kalimat-kalimat Allah SWT.

Nabi Adam menenangkan anak-anaknya, bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan manusia sendirian di muka bumi. Sesungguhnya Dia akan mengutus para nabi untuk membimbing mereka dan menyelamatkan mereka. Para nabi itu memiliki nama-nama, sifat-sifat, dan mukjizat-mukjizat yang berbeda-beda. Tetapi mereka dipertemukan dengan satu hal, yaitu mengajak untuk menyembah Allah SWT semata.

Demikianlah wasiat Nabi Adam kepada anak-anaknya. Akhirnya, Nabi Adam menutup kedua matanya, dan para malaikat memasuki kamarnya dan mengelilinginya. Had Nabi Adam tersenyum ketika mendapatkan kata salam yang dalam, dan rohnya mencium bau bunga surga.

Saturday, 12 March 2016

The story of Moses and the Prophet Harun AS Part 6

Moses asked for directions to his Lord, then Allah ordered him to tell his people to slaughter a cow. Originally established that the Prophet Moses was commanded to slaughter a cow for the first time they met, but because of their stubbornness, they began to bargain and negotiate with Moses. They alleged that Musa was mocking them and were not serious about the issues they face. Moses refuge in Allah and ask Him in order not to be classed with those stupid, let alone intended to mock them. Moses sought to give sense to them that the key of the problem can be solved by slaughtering cattle. The problem here is a matter of a miracle that did not relate to something that usually happens in life or something commonly done by humans. There is no relationship between slaughtering cows and businesses know the killer. However, when the causes rational able to subdue the Children of Israel? Incredible miracle is the key and apply a common weapon in the life of the Children of Israel. Therefore, the resolution of the case by way of slaughter cattle should not cause turmoil and anxiety. But, the Children of Israel are the Children of Israel. Often the association and relationship with them ending with an attitude of defiance. both with regard to issues of common every day life as well as issues related to faith are important.




Moses faced various forms of examinations and accusations from the Children of Israel. Moses sought to give sense to them that he is serious to resolve their cases and do not intend to mock them. Musa reiterated that in order to resolve it, they have to slaughter cows. The distinctive character of the Children of Israel rise to the surface. They asked if it was a regular cattle as they encountered or his other creations have privileges. They expect Moses to inquire of the Lord sehing-ga it became clear to them.

Moses prayed to his Lord. Then they get into trouble where the cows that should be easy they found, they are now getting very complicated criteria cow, that cow neither old nor too young, that is mediocre. Such is the divine order. But again negotiations are still ongoing. Then they put strange questions: what color the cow, why Moses did not pray to his Lord and describes the color of this cow. Thus, they do not show politeness and respect to God and to His glorious prophet. They should obey the orders and not ask of all sorts, but they are in fact questioned this simple problem with an attitude of defiance and stubbornness.

Again Moses asked his Lord and tell about the color of the cow in question. Musa said that the cow was a yellow color invites admiration of onlookers. Such is the nature of the cow is determined where he yellow color is slightly reddish. While this issue is very clear, they again showed an attitude of defiance and stubbornness. Then Allah also tightened the terms of the cow as they tried to hurt the Prophet Moses. They again asked the Prophet Musa and asked him to pray to God and ask for an explanation of the nature of the cow, because for them the cow was still sketchy. Moses tells them that the cow was not prepared to plow their fields or to water; He cows healthy and not disabled; and the cow was actually yellow. Ending the defiance of their attitudes. They began looking for cattle in question which have a special nature of this. Finally, they found the cow was owned by an orphan. Then they buy and slaughter.

Moses holding the cow's tail and struck him to the people who were killed. Suddenly, the man rose from his death. Moses asked him about who killed him. Then he was told who killed him and he died again. Children of Israel witnessed the miracles of the dead man's livelihood. They listen with their own ears the name of the killer. Finally, the murder mystery was revealed.

Allah says:

"And (remember) when Musa said hepada his people: 'Verily Allah orders you to slaughter a cow.' They said: 'Do Hamu going to make us in mockery?' He said: I seek refuge in Allah from being one of those yangjahil. ' They said: 'Pray to your Lord for us, that He explained to us, heifer is it?' Moses replied: 'He says that the cow is a cow neither old nor too young; halfway between it; then do what you are told.' They said: 'Pray to your Lord for us that He explained to us what color.' Alusa replied: 'He says that the cow is a cow is yellow, the ocher color, pleasing to the beholders.' They said: 'Pray to your Lord for us that He explains to us how the nature of the cow, because in fact the cow was (still) sketchy for us and indeed we, God willing, will be guided (to get the cow). He said:' Lo! Allah says Bakwa the cow is a cow that has never been used to plow the earth nor to irrigate crops, unblemished, no spots. ' They said: 'Now then you explain the nature of the actual cows.' Then they slaughtered and almost they did not carry out the order. And (remember) when you killed a human beings against then you mutual recriminations about it. And Allah rid of what many have ye hide. We said, 'Hit him with part of it! ' Thus does Allah revive those who have died, and show you the signs of His power so that you understand. " (QS. Al-Baqarah: 67-73)

We would like to draw the reader's attention to a lack of ajarnya the prophet said to them and their God. And perhaps the context of the Qur'an mentioned it by showing the repetition of words rabbuka (Lord) they use when talking to Moses. Supposedly when they talk to Musasebagai polite form santunmereka said: Pray for us to our Lord, or they said to him: Pray for us to your Lord. With these words, as if belief in the divinity only trusted by Moses while they were out of the convenience-liaan servitude to Allah SWT. Consider these verses, how he suggests it. Then thought-kanlah ridicule them when they say: "Now then you explain the nature of the actual cows."

After they complicate and make their Prophet tired when pacing between meet them and meet Allah, after they make their Prophet annoyed with per-questions surrounding the nature of cattle, color, age, and signs Khu-ly; after their stubbornness and their disobedience to the commands of Allah, they said to the Prophet merekaketika he brought to them something that is rarely found, "Now then you meneranghan the actual nature of the cows."

It was as if Moses had previously played games with them and not serious, and as if what he said previously did not show the slightest truth. Then look at the context of the verse that shows their wickedness: "Then they slaughtered and almost they did not carry out the order."

Do not these verses will show you their stubbornness and their businesses slow down or delay the SWL Thus God commands the Israelites in attitude on the negotiating table; that is the way they negotiate with their noble prophet, Moses. Moses getting treatment harsh and disrespectful treatment of his people. Moses withstand the heavy burden of suffering when he preaches in the way of his Lord. Perhaps the main problem experienced by Moses was, that he was sent in the middle of the long enough to feel and enjoy the humiliation; they live long enough under restraint and stupidity. They have never felt the scent of freedom. They are long enough to worship idols. Children of Israel have tortured Musa with severe torment, where torture was not only the range of defiance and attitude of ignorance and idolatry, even they will not hesitate to hurt personal Moses.

Allah says in Surah al-Ahzab:

"O ye who believe, do not be like those who hurt Moses, the God cleanse it from the accusations they say. And is he a man who has a respectable position on the side of God." (QS. Al-Ahzab: 69)

We do not know the nature or form of business is hurt Moses. We do not agree with history scholars who say that Moses was a very shy man and he was very closed in which he did not want anyone to see the body. Then the Jews alleged that he had a skin disease or striped and Allah wants to heal and trying to ward off what they say. Told that one day Moses went to take a shower. He laid his clothes on a rock, and then he left. Suddenly, the rock flew and took his clothes. Moses ran behind a rock naked so that the children of Israel saw it naked. There was no sign of streaks on the skin. We strongly oppose such a story, because in addition he was just superstition, also very contradictory to honor Moses as a prophet and kemaksumannya. Perhaps the greatest suffering endured by Moses is, when the Children of Israel reluctant to go to war in order to spread the creed of monotheism in the earth, or at least not let this faith on the earth settled. Children of Israel against Moses efforts to fight by telling Moses, a famous sentence, namely:

"Go You and your Lord, and fight ye two, actually we just sit here alone." (Qur'an, al-Maidah: 24)

Such were the Children of Israel that Allah torment them by misleading them. They experienced straying over the full forty years. Then one generation destroyed; the generation that defeated from within. Then was born in the midst of apostasy was a new generation; a generation that has not been subject to idolatry; a generation that never paralyzed his spirit because of the loss of freedom; spiritually healthy generation; generation who do not understand why the parents around aimlessly in the middle of apostasy; generation ready to defend the dignity and glory; a generation that was not said to Moses, you are with your Lord go to war, while I'm just sitting here; generation who uphold the values ​​of truth as a form of defense against the monotheistic religions.

Finally, this generation was born in the midst of forty years of apostasy, but Moses had to undergo a fate Moses died peacefully and noble. Moses longed to see the "face" of Allah SWT. In his lifetime, has encouraged her love for Allah SWT allowed to see, and it became stronger encouragement upon his death. Prophet spoken by God is now met with His blessed soul and a calm heart.


The story of Moses and the Prophet Harun AS Part 5

Finally, there is the golden opportunity in front of him. Aides told him that Moses killed an Egyptian who they found his body yesterday. Finished this affair. Then came the orders and opportunity to kill Moses. People who hate Moses began to get wind of excitement where they would see Moses killed, but Allah sent an Egyptian who is good to remind Musa that ran from the pursuit of the wrong-doers.



Allah says:

"So Moses went out of the city with fear waiting with worry, he prayed:" My Lord, save me from the people who did wrong. ' "(Qur'an, al-Qasas: 21)

Moses left the city and become displaced persons. Moses leave in a state of fear and alert while Moses always prayed about himself: "My Lord, save me from those who do wrong." The was indeed the wrong-doers. They want to impose for murder by intentionally over Moses, but Moses did not do other than trying to separate the fight but he had accidentally killed him. Moses leave Egypt. He no longer goes to the palace of Pharaoh, and did not change his clothes, and he did not bring food for the trip. He did not bring the animal mounts can deliver. He did not go with a caravan. He threw away when getting the news from a believer who reminded him of the threat of Pharaoh.

Moses through an unusual path through which ordinary people. Moses entered the desert and he was heading to a place in which Allah guide him. This is the first time he came out and wade through the desert alone. Came to Moses in a place called Midian. Moses breaks and lounging near the large wells where there people take water to get water to the animals they ride and the pasture their animals. Moses did not bring food in addition to the leaves of trees. Moses drank from wells found in the middle of the road. Throughout peijalanan Moses felt fear; lest Pharaoh sent men to arrest him. When Moses arrived at the town of Madyan Moses lay on the side of the tree and rest. Moses was hungry and exhausted. Their sandals seemed to be damaged. He did not have enough money to buy new sandals, and he also did not have enough money to buy food and drinks.

Moses noticed a collection of shepherds who were taking water for their goats. Moses remembered that he was hungry and thirsty. He said to himself: I can not fulfill my stomach with water as long as I do not have enough money to buy food. Moses walked toward the water. Before arriving, he found two women who were isolate goats not to get mixed up with other people's goats. By inspiration, Moses felt that the two women were in need of help. Moses forgot to thirst, then he headed toward them and asked if he could help them? Then the oldest girl said: "We are waiting until the completion of the shepherds from the pasture to fetch water for their animals." Moses asked: "Why do not you take the water now?" The youngest girl said: "We were not able to jostle with men." Moses amazement of knowing the girls were herding goats. Supposedly mengembala goats are men. It is a daunting task and very exhausting. Moses asked: "Why are you mengembala goat?" There is still very little girl said: "Our parents are old where his health did not help him get out of the house and mengembala goat every day." Moses said: "If so, I will help you to take the water."

Moses walked toward the water. Moses recognized that the herdsmen putting water on the upper lip of a huge rock that can not be moved except by ten people. Musa embrace and lifted it from the lip of the well. Moses muscles stand out when moving the rock. Moses was a strong man. Finally, Moses managed to fetch water for the young women, and then he returns the stone into place. Moses returned to sit in the shade of trees. At that time Moses forgot to drink. Moses stomach attaches to punggungnnya because so hungry. Musa remember Allah and call upon Him in his heart:

"My Lord, I really need a good that Thou hast revealed to me." (QS. Al-Qasas: 24)

"And when he is facing the direction of the country Madyan he prayed (again): 'Hopefully my Lord led me to the right path.' And when he got to the water source land of Midian he found there a group of people who were to drink (livestock), and he found in the back of the crowd, two women who are anchored (livestock) Moses said: 'Do you mean (by doing so )? ' The two women said: 'We were not able to drink (our flocks), before herding-herders were repatriated (livestock), was the father of us are parents who have advanced in years.' And Moses gave the cattle to drink it to (help) them, and then he went back into the shade and prayed: 'My Lord, I really need a good that Thou hast revealed to me.' "(Qur'an, al-Qasas: 22-24)

continues.

The story of Moses and the Prophet Harun AS Part 4

In positive law stated that such killings are considered as a homicide because of carelessness or because the fault is not due to intentional factor that karenannya concerned are not going to get a severe punishment. Usually the person who committed the murder involuntarily will get a decision that relieve it because he kills without intent. Of course this kind of incident can not be considered as an intentional killing because he did not want to harm others. Moses did not hit him. Which he did just pushed it. Or in other words, Moses simply get rid of the person. We will know that Moses was another mirror of the Prophet Abraham. Both of the ulul Azmi, but Abraham is a mirror of patience and tenderness while Moses was a reflection of the strength and courage.




Moses was afraid and threatened in the middle of town. He promised later in the day that he would no longer be the friend of those who do evil. He will no longer be involved in the quarrels and enmity among criminals. In the middle of his journey, Moses was shocked when he saw the person who was helping yesterday today again called her and ask her. Again, the person involved in the hostilities and an argument with an Egyptian. Moses recognized that Israel is doing injustice. Moses knew that he was one of the thugs in situ. Finally, Moses shout in the face of Israel, saying: "It turns out you are a bad person."

Musa said this while pushing both of them and he break up the confrontation. Israel had thought that Moses would harm him then he is overcome with fear. While asking affection to Moses, he said: "O Moses, are you going to kill me as you killed the yesterday. Do you want to be a ruler in the land and do not want to be the one to fix the earth." When he heard Jews say so, Moses stopped and anger subside. Musa remember what he did yesterday and how he asked for forgiveness and repent and promise not to be a helper those who do evil. Moses then returned and asked for forgiveness from their Lord.

The Egyptians were fighting with Israel knew that Moses was an Egyptian killer whose body they were found yesterday. Egyptian security forces did not have revealed the murder case. Finally, Moses revealed the secret and an Egyptian man who believed came from across the city. He whispered to Moses that there was a plan to kill him. He advised Moses to leave Egypt as soon as possible.

Allah says:

"Therefore, be Moses in the city was afraid waiting with worry (as a result of his actions), then all of a sudden people are asking for help yesterday screaming for help to him. Moses said to him: 'Thou art truly the perverse real (apostasy). Then tat-kala Moses holding hard man is an enemy to both of them, the enemy said: 'O Moses, do you intend to kill me, as you yesterday killed a man? You walkin intends but wanted to be doers of arbitrary in the country (this), There is not you want to be one of those people who make peace. ' And there came a man from the other end of town in a hurry and said: 'O Moses, indeed magnifying were negotiating over you. Lo! I am among those who give advice to you.' "(Qur'an, al-Qasas: 18-20)

God hides us the name of the man who came to remind Moses. But in our opinion, he is an Egyptian man who certainly has particularly important positions. In accordance with the verse, he was aware of any conspiracy to remove Moses from a high position. If he had one who was mediocre then that person does not know him. People knew that Moses was not entitled to get legal suicide of his sins. Moses killed because of a mistake, not because of intentional factor. Such errors according to Egyptian law which formerly punished with imprisonment. Then, why the desire to kill Moses? If we heed the advice of his Egyptian-facing ter Moses then we will find the answer. That is what he said: "The princes are planning a conspiracy to get rid of you."

Al-Mala 'is rulers or the officials in charge of security. They prepared a conspiracy to get rid of Moses. What was done by Moses if it is regarded as an ordinary crime kesalahanadalah are only required with a prison sentence. Then who makes such a plan, and who is pushing for plotting to kill him? We think that the Egyptian security chief does not like Moses. He knew that Moses was a member of the Children of Israel. He knew that the arrival of crates in Pharaoh's palace is a fabrication designed by the enemies who want his position. This means that because of his error and his ketelodaran children. How many times a person was counseled and encouraged Moses to Pharaoh killed but it denies that thought. And when it comes time determined to kill Moses, Pharaoh actually subject to his wife who loved Moses.

continues.

The story of Moses and the Prophet Harun AS Part 3

When he heard the approval of Pharaoh, they found tremendous joy in his wife's face. Pharaoh had never seen such joy. Pharaoh has presented a wide variety of gifts to him, as well as jewelry and slaves but he has never smiled in spite of all. Pharaoh thought that his wife does not understand the meaning of a smile. And now, Pharaoh saw his own face filled with smiles cheerfulness. Meanwhile, Moses began to cry because of hunger. Pharaoh's wife learned that Moses was hungry. He said to Pharaoh: "My son is small'm hungry." Pharaoh said: 'Bring him women who breastfeed. " Then be brought to him a woman breast-feeding from the palace. The woman tried to breastfeed Moses, but what happened? Moses rejected. Then the woman who brought the second to the third and to the tenth but Moses still crying and does not want to nurse to none of them. Given this fact, Pharaoh's wife crying because they could not see the suffering of the little boy. He did not know what to do.




Pharaoh's wife is not just the only one who feels sad and crying, the mother of Moses is another woman who feels sad and crying. When he threw Moses into the Nile, he feels that he is throwing her baby in the river. Then the coffin was thrown lost water carried by rivers and the news was hidden. And when it came time in the morning, Moses' mother felt the sadness that always haunt him. She almost went to Pharaoh's palace to get his son's news were it not for Allah SWT trim the peace in his heart so he handed his affairs to Allah SWT. As a result, he said to the sister of Moses, "Go in peace to the palace of Pharaoh, and try to get news of Moses and you shall be careful lest they mengetahuimu." Then the sister of Moses go quietly. Finally, he listened to the story of Moses perfectly. He saw Moses from a distance and listening to the sound of crying. He saw them in a state of confusion in which they do not know how to feed him. He heard that Moses refused every woman who tries to feed him.

Sister of Moses says to Pharaoh's guards: "Do you want me to show you a family who could feed him and nurture him." Pharaoh's wife said: "If you can bring it to us women to breastfeed and nurture undoubtedly we will give you a great gift. That is something that you wish would be fulfilled." Then the sister of Moses it back and bring his mother. The mother nursed and Moses was feeding quietly. Seeing this, Pharaoh's wife was very excited and said: "Bring him so that future penyusuannya completed, and return him to us and we will give you a big reward on breastfeeding and education that you give."

Thus Allah restore him to his mother that he was happy and his heart will be calm and not grieve and that she knows that the promise of Allah correctly and that His commandments and His provision certainly done despite the many obstacles and challenges. Allah says:

"And being kosonglah heart of Moses' mother. Indeed, she almost reveals the secret of Moses, if not We give him, so he was among those who believe (to the promises of God.) And said the mother of Moses to Moses' brother were women: 'Follow him . ' So helihatanlah him Moses from afar, while they did not know, dam We prevented Moses from suckling to the women who want to breastfeed (it) before it; then said, brother of Moses: 'Will you ahu show you ahlubait who would care for you and mereha can applies both to him? '. so, We restored him to his mother, so excited his heart and not sorrow, and that he knew that the promise of Allah is true, but most people do not know. " (QS. Al-Qasas: 10-13)

Moses' mother breastfeeding enhance it and give it to the house of Pharaoh. At that time Moses loved and liked by everyone. Allah says:

And I would have assigned you the love that comes from me; and that ye brought up under the supervision of Me. "(QS.Thaha: 39)

Nobody who saw Musa unless he would love her. Moses was educated in the largest palace under the guidance and care of Allah SWT. Moses education begins in the home of Pharaoh in which there are educational experts and teachers. Egypt when it is a large country in the world and the Pharaoh as the most powerful king. Therefore, simply Pharaoh rnampu gather education experts and scholars. Thus the wisdom of Allah Ta'ala that Moses educated under a great education and dealt with education experts trained. Ironically, this happened at his home that someday will be destroyed in his hand, as a form of execution of the orders of Allah.

Moses grew in the house of Pharaoh. He studied arithmetic, engineering, chemistry, and language. He slept under the guidance of religion. Therefore, Moses did not hear gossip that is said by the educators about the divinity of Pharaoh. He rarely hear that Pharaoh was a god. He also dismissed the statement and this assumption. He lived with Pharaoh in the house. He knows more than anyone else that Pharaoh's just a human being but he wrongdoers. Moses knew that he was not the son of the Pharaoh. He was one of the Children of Israel. He witnessed how guards oppressive Pharaoh and his followers were the Children of Israel. Finally, Moses grew up and reached his strength.

When the guards inattentive him, Moses entered the city. Musa stroll around town. Then Moses found a man of the followers of Pharaoh, who was fighting with someone from the Children of Israel. Then someone who is weaker than the two of them ask for help to him. Musa also intervene in the affair. Moses pushing with his hands a man who did are persecuting. It turned out that Moses killed him. At that time Moses was known as a strong person to the extent that at a stroke just to break up the enemy, he would kill her. Certainly Moses did not deliberately to kill him. But what happened? The man fell and then died. Moses said to him: It is Satanic. Indeed, it is misleading and the real enemy. Then Moses prayed to his Lord and said: "My Lord, I have wronged myself so forgive me." Allah also forgives. He is the Forgiving and Merciful. Allah says:

"And when Moses was old enough and perfect wits, We gave him wisdom prophethood and knowledge. And thus do We reward those who do good. And Moses went into town (Memphis) when the population was weak, then he found in the city the two men were fighting; that one of his class (Children of Israel) and one from his enemies (the Pharaoh). then the people of the faction seeking help from him, to beat the people from their enemies and Moses punched him, and died the enemy was. He said: 'it is satanic. satan is an enemy that is misleading again real (hostility). Moses prayed: "my Lord, indeed I have wronged myself so forgive me.' So God forgave him, verily He is the Oft-Forgiving, Most Merciful. He said: 'O my Lord, for Thou hast bestowed favors me, may I not going to be a helper to people in sin.' "(Qur'an, al- Qasas: 14-17)

Then Moses was afraid in the middle of the city and feel threatened. In this verse described how Moses felt the fear in which he feared evil will come to him at every step, and he was so sensitive to see the movements in the vicinity. Moses then showed tremendous mental shock. Actually Moses only wanted to defend himself when helping someone from the Children of Israel. When the Prophet Moses push with his hand and aimed at separating Egypt from Israel but he was actually killed him.

continues.

The story of Moses and the Prophet Harun AS Part 2

Come on Children of Israel a period in which they are more and more widespread. They do a variety of jobs, and they meet Egyptian markets. Gone day by day. Egypt was ruled by a king fierce in which the Egyptians worship it. This wicked king saw the Children of Israel is growing more and more and as well as taking important positions. King of the Children of Israel heard talk about vague news in the news where it is said that one of the sons of Bani Israel will drop Pharaonic Egypt from his pedestal. Perhaps the news comes from a dream of mimipi-dream or a dream life that surrounds real heart oppressed minority, and perhaps it is a tidbit mentioned in their books. Whatever the case, this news has reached the ears of Pharaoh.




Then Pharaoh issued an order that strange, that should not be one of the Children of Israel who gave birth to a child. The purpose of this command is, let every child who is born of the kind of men were killed. This rule was implemented. But economic experts said to Pharaoh: The old men of the Children of Israel will die according to their deaths, while her little children slaughtered then this will end in the destruction and the destruction of the Children of Israel, but Pharaoh would lose wealth and human assets to work for him or be slaves and women can no longer holds. So the best thing is, let conducted a process as follows: Boys slaughtered in the first and let them be left in the following year. Pharaoh agrees with this in mind because it was more profitable from an economic standpoint.

Moses' mother containing Aaron in the year in which small children are not killed so she gave birth to her openly. When it comes years defined therein that small children should be killed, she gave birth to Moses. When Moses gave birth, the mother felt a tremendous fear. He worried that perhaps her son would be killed. Then the mother suckled by stealth. Then comes a blessed night in which Allah revealed to him:

"Dam We inspired the mother of Moses:" Breastfeed him and if concerned against the jatuhkalah it into the river (Nile). And do not worry about danjanganlah (also) grieve, for We will return it to you, and make (one) of the apostles. ' "(Qur'an, al-Qasas: 7)

Hear Allah's revelations and heard the call of a loving and holy this, Moses' mother immediately comply. He was ordered to make a small crate for Moses. After suckled, he put it in the casket. Then he went to the banks of the Nile and throw it on the water. The heart of the mother is the most loving hearts in the world. His heart was filled with pain as he threw her in the river, but he realized that Allah is Compassionate to Moses compared to her. Allah is more loved than with him. Allah is the Lord and the Lord of the Nile.

Not long ago it touches the coffin of the Nile so that the Creator issued an order to the flow of the river in order to be calm and be gentle with the baby he was carrying that one day will be the prophet. As Allah ordered the fire to cool and bring salvation to Abraham, as well as Allah commanded Musa Nile in order to bring peace and gentleness so as to hand it to Pharaoh's palace. The water of the Nile to bring this glorious casket to the palace of Pharaoh. There waves hand it over to the waterfront then he willed to the shoreline. And the wind said to the grass to sleep on the side of the crate: Thou shalt not move much because Moses was sleeping. The grass was also obey the command of Musa wind and stay asleep.

On that day, the sun shining on Pharaoh's palace. Pharaoh's wife out berjalanjalan in the palace gardens as usual. We do not know what the hell was making a long walk and a longer distance away from the usual in the sails.

Pharaoh's wife in stark contrast to the Pharaoh. Pharaoh was an infidel while his wife is a believer. Pharaoh is a stubborn while his wife is a lover. Pharaoh is a villain while his wife is a gentle and loving. In addition, his wife feel anguish because he has not been able to bear children. He longed to have a child. Pharaoh's wife stopped at the side of the garden and then the scent that comes from trees that spread a feeling of sad sense of loneliness. At the same time, the women who had helped him meet the places of water taken from the river. Suddenly they found crates on the side of their foot. They carry the coffin as before to the Pharaoh's wife. He was ordered to open it and then they open it. How shocked when he saw Moses Pharaoh's wife in it. So he felt that he loved him as his own son. Allah placed in his heart love for Moses so tearfully.

Then he brought the casket. Pharaoh's wife tossing Moses, crying. Musa woke up and she was crying. Moses looked hungry he needed milk in the morning and still crying. Pharaoh sitting on the dining table. He is eagerly looking forward to his wife but not yet present. Pharaoh began to get angry and look for it. Suddenly he was surprised by the arrival of his wife by bringing Moses. Pharaoh's wife seemed very fond of her. He kept kissing and tears with tears. Pharaoh asked, "where did this little boy?" Then they told him that they found in a crate on the riverbank. Pharaoh said: "This is one of the sons of Bani Israel. As a rule, children born this year to be killed." Hearing decision Pharaoh, Pharaoh's wife screaming, and he hugged Moses harder:

"The wife of Pharaoh: '(He) is careful eye Conditioning me and to you. Do not kill him, hopefully he is helpful hepada iajadi us or we may adopt a child.'" (Qur'an, al-Qasas: 9)

Pharaoh looked astonished to see the action clutching his wife's little boy they found in the river bank. Pharaoh looked stunned as she wept with joy in which the Pharaoh was never found his wife crying for joy like this. Pharaoh began to learn that his wife loved this child as their own. Pharaoh said to him: Perhaps he remembers that he was not able to give birth to a child and wanted this child. Finally, Pharaoh agreed on what is said by his wife. Pharaoh fulfilling his wish and agreed to educate these children in court.

continues.


The story of Moses and the Prophet Harun AS

Jacob or Israel lived in Egypt since he came to see her son, Joseph. When he died they buried him in the place where he was born in Palestine. Children of Israel prefer to live in Egypt at the side of Joseph. Egyptian state, which is a lot of goodness, worthiness soil, and the harmony of the climate is the main attraction for them to stay in it. Children of Israel lived in Egypt within the tolerable. They married so that they increased greatly. Gone year after year and then Joseph died. Yusuf Islam had changed when he came to power. Joseph fight for Islam and every prophet sent by Allah surely fight for Islam since the Prophet Adam to Prophet Muhammad. Understanding Islam here is, the Oneness of Allah and solely to worship Him, ask Him for help, and pray to Him. Islam also means giving up the intention and charity solely to Allah SWT. Thus we understand or that we mean from the word al-Islam, not a social system brought by the last Prophet, the Prophet Muhammad. This system is an extension of the social systems that brought the prophets. So, the essence of the faith and did not differ from the Prophet Adam to Prophet Muhammad.


The story of Prophet Musa and Prophet Harun AS


When Joseph became ruler of Egypt and the chief ministers of religion in Egypt turned into the religion of monotheism or Islam. Prophet Yusuf called on people to convert to Islam when he was in prison when he said:

"Which is good, gods assortment YangMaha it or God the One, the Supreme PerkasaV (QS.Yusuf: 39)

And he prayed on a day when his dream come true:
"Wafatkanlah I was in a state of Islam and Combine me with the righteous." (Qur'an, Yusuf: 101)
And when Joseph died, Egyptian monotheism change the system to a multi god for the second time. According to a strong suspicion that this is manifested by the intervention groups of the ruling elite. These elite groups when under religious tauhidmereka not get a preferential treatment or distinguished by the general public, so therefore they have an interest to restore the system of worship multiple gods. Then the public follows the worship of the Pharaoh system. And finally, the Egyptian Pharaoh led families and they claim that they are representatives of a god or gods or people who speak in the name of god.

Basically, Egyptian society is a civilized society. They are preoccupied with the development of civilization. They have a strong religious tendency. And perhaps groups of Egyptian society believe that the Pharaoh is not a god, but because they got a tough challenge from Pharaoh and Pharaoh did not want from kaurnnya except that they stick to it so that they were forced to hide their faith in themselves. Thus, their false gods aplenty in Egypt. It can be understood is, that Pharaoh mastered all sorts of gods, and he hinted to him and spoke on his behalf. That is very clear in Egypt. When there is a system in Mesirmeskipun multi god people believe the main god, the ruling elite Fir'aunkelompok restrict to only worship Pharaoh and carry out his orders and ask justify arbitrary. We will know and we will open the scrolls of Moses how the Egyptian community living in his day. The majority of the time people get tremendous abjection and wrongfully treated. They must comply fully to Pharaoh. They are always threatened by the torturers of Pharaoh and his soldiers.
Allah tells Pharaoh who lived in the time of Moses in His word:

"Then he gathered (princes) and then called out to his people (saying): 'I am your Lord the most high.'" (QS. An-Nazi'at: 23-24)

Humans when it is totally submissive to the statement of the unbelievers. They menaatibarangkali it because terpak-saperkataan Pharaoh. Egypt re-using the multi god after previously irradiated by monotheism voiced by the Prophet Joseph. Meanwhile, Jacob's sons or children of Israel they have deviated from monotheism. They followed the Egyptians. Few of the families of those who still retain the monotheistic religion in secret.

continues.